Latest Music :
Home » , » Kaum Ad dan Ubar "Atlantis" Di Tengah Gurun Pasir

Kaum Ad dan Ubar "Atlantis" Di Tengah Gurun Pasir

Friday, July 11, 2014 | 0 comments



Pada permulaan tahun 1990 muncul keterangan pers dari beberapa Koran terkemuka di dunia yang mengemukakan;”Kota di Arabia Yang banyak diceritakan dalam sejarah Ditemukan”, “Kota Legenda di Arab Ditemukan”, “Ubar, Atlantis di padang pasir”.

Apa yang membuat temuan arkeologis ini membangkitkan minat adalah kenyataan bahwa kota ini yang juga disebut dalam Al Qur’an, sejak dahulu hingga saat ini banyak orang yang beranggapan bahwa kaum ‘Ad sebagaimana diceritakan dalam Al Qur’an hanyalah sebuah legenda atau lokasi dimana ‘Ad berada tidak akan pernah ditemukan, mereka tidak dapat menyembunyikan keheranannya atas penemuan ini. Penemuan kota ini yang hanya disebutkan dalam dongeng lisan Suku Badui, membangkitkan minat dan rasa keingintahuan yang besar.

Nicholas Clapp, seorang arkeolog amatir yang menemukan kota legendaries yang disebutkan dalam Al Qur’ani. Sebagai seorang Arabophile dan pencipta sebuah film dokumenter yang terpilih, Clapp telah menjumpai suku yang sangat menarik selama penelitiannya tentang sejarah Arabia. Buku ini berjudul ”Arabia Felix” yang ditulis oleh seorang penulis Ingris bernama Bertram Thomas pada tahun 1932. Arabia Felix adalah sebuah roman yang menunjukkan tempat-tempat bagian selatan semenanjung Arabia dimana saat ini termasuk daerah Yaman dan sebagai besar Oman. Bangsa Yunani menyebut daerah ini “Eudaimon Arabia”. Sarjana Arab abad pertengahan menyebutnya sebagai “Al-Yaman as-Saida”ii. Semua penamaan tersebut berarti “Arabia yang Beruntung”, karena orang-orang yang hidup di daerah tersebut di masa lalu dikenal sebagai orang-orang yang paling beruntung pada jamannya. Apakah yang menjadi alasan bagi sebuah penunjukan seperti itu?.





Keberuntungan mereka adalah berkaitan dengan letak mereka yang strategis bertindak selaku perantara dalam perdagangan rempah-rempah antara India dengan tempat-tempat di sebelah Utara semenanjung Arab. Di samping itu orang-orang yang berdiam di daerah ini menghasilkan dan mendistribusikan “frankincense” sebuah aroma wangi-wangian dari getah/damar sejenis pohon langka yang menjadi barang yang sangat penting dalam masyarakat kuno, tanaman ini digunakan sebagai dupa (asap wangi) dalam bebagai acara religi/keagamaan. Pada sat itu, tanaman tesebut setidaknya sama berharganya seperti emas.

Seorang peneliti Inggris Thomas menyebutnya sebagai suku yang “beruntung”, Ia dengan panjang lebar mengakui bahwa telah menemukan jejak bekas-bekas dari sebuah kota kuno yang dibangun oleh salah satu suku inii. Kota ini dikenal dengan sebutan “Ubar” oleh suku Badui. Di dalam sebuah perjalanan yang dilakukan di daerah tersebut oleh suku Badui yang hidup di padang pasir telah menunjukan sebuah jalur usang dan menyataka bahwa jejak-jejak ini menuju ke arah kota kuno Ubar.Thomas yang menunjukkan keinginan besar dalam hal ini meninggal sebelum mampu menuntaskan penelitiannya. Clapp yang mempelajari apa yang ditulis oleh Thomas sang peneliti Inggris, diyakinkan akan keberadaan kota yang hilang tersebut sebagaimana disebutkan dalam buku tersebut. Tanpa membuang waktu, Ia memulai penelitiannya. Clapp mencoba dengan dua jalan untuk membuktikan keberadaan Ubar. Pertama, Ia menemukan bahwa jalan-jalan yang dikatakan oleh suku Badui benar-benar ada. Ia meminta kepada NASA (Badan Luar Angkasa Nasional Amerika Serikat) untuk menyediakan foto/citra satelit dari daerah tersebut. Setelah melalui perjuangan yang panjang, Ia berhasil membujuk pihak yang berwenang untuk memotret daerah tersebut. Clap melanjutkan mempelajari naskah dan peta-peta kuno di perpustakan Huntington di California. Tujuannya adalah untuk menemukan peta dari daerah tesebut. Setelah melalui penelitian singkat, ia menemukan peta tersebut. Apa yng ditemukannya adalah sebuah peta yang digambar oleh Ptolomeus seorag ahli Geografi Yunani Mesir dari tahun 200 M. Dalam peta ini ditunjukan letak dari kota tua yang ditemukan di daeah tersebut dan jalan-jalan yang menuju kota tersebut.





Sementara itu Ia menerima kabar bahwa gambar-gambar satelit yang diinginkannya telah diambil oleh NASA. Dalam gambar tersebut, beberapa jejak kafilah menjadi nampak yang hal tersebut sulit untuk dikenali dengan menggunakan mata telanjang,namun hanya bisa dilihat sebagai satukesatuan dari luar angkasa. Setelah membandingkan gambar-gambar dari satelit dengan peta tua yang ada ditangannya, akhirnya Clapp mencapai kesimpulan yang ia cari ; jejak-jejak dalam peta tua berhubungan dengan jejak-jejak dalam gambar yag diambil dengan satelit. Tujuan akhir dari jejak-jejak ini adalah tempat peninggalan sejarah yang luas yang ditengarai dadulunya merupakan sebuah kota. Akhirnya lokasi kota legendaris yang menjadi subyek cerita-cerita lisan suku Badui diketemukan. Tidak berapa lama kemudian penggalian dimulai dan peninggalan dari sebuah kota mulai diangkat dari bawah gurun pasir. Demikianlah kota yang hilang sebagaimana disebutkan sebagai “ Atlantis dari padang pasir, Ubar “.





Apakah hal tersebut membuktikan bahwa kota ini sebagai kota kaum ‘Ad yang disebutkan dalam Al Qur’an?
Saat itu juga reruntuhan-reruntuhan mulai dilakukan penggalian, ditengarai bahwa reruntuhan dari kota tersebut berupa pilar-pilar milik kaum ‘Ad di Iram seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an. NAMUN saat ini banyak para peneliti yang menyangsikannya. Mereka berpendapat ini hanyalah sebuah outpost di dekat kota Iram yang sebenarnya.



YOU TUBE



KAUM 'AD
Sampai dengan sejauh ini kita telah melihat bahwa kemungkinan, Ubar adalah kota Iram seperti disebutkan dalam Al Qurán. Menurut Al Qurán warga dari kota tersebut tidak mengindahkan seruan Nabi Hud yang membawakan risalah kepada mereka dan yang telah memperingatkan mereka serta akhirnya merekapun dibinasakan.

Ciri-ciri dari kaum Ád yang membangun kota Iram telah menimbulkan banyak perdebatan. Dalam berbagai catatan sejarah tidak pernah ditemukan satu kaumpun yang telah memiliki kebudayaan yang begitu berkembang atau atau peradaban yang pernah terbentuk. Mungkin akan muncul sebuah pikiran bahwa aneh kiranya bahwa nama dari sebuah kaum semacam itu tidak pernah diketemukan dalam catatan sejarah.





Namun di sisi lain harus haruslah dipahami, bahwa tidaklah mengherankan bila tidak bisa menemukan catatan keberadaan dari kaum ini dalam catatan dan arsip peradaban lama. Alasannya adalah bahwa kaum ini berdiam di Arabia Selatan yang merupakan sebuah daerah yang cukup berjarak dengan kaum lain yang hidup di daerah Mesopotamia dan Timur Tengah yang hanya memiliki hubungan yang terbatas dengan mereka. Ini merupakan sebuah keadaan umum untuk sebuah negara yang sangat jarang diknal, bahwa negara tersebut kemudian tidak tercatat dalam catatan sejarah. Namun, di samping itu juga, adalah mungkin untuk mendengatkan cerita-cerita tentangnya diantara orang-orang yang hidup disekitr Timur Tengah. Alasan paling utama mengapa Ád tidak disebutkan dalam catatan tertulis adalah bahwa pada saat itu komunikasi tertulis tidaklah lazim di daerah tersebut. Itulah sebabnya mungkin kaum Ád telah membangun sebuah peradaban namun peradaban ini belum pernah disebutkan dalam catatan sejarah sebagaimana peradaban lain melakukan dokumentasi. Jika saja kebudayaan ini berlangsung lebih lama, niscaya akan banyak hal yang dapat diketahui tentang kaum Ád disaat ini. Tidak ada catatan sejarah tentang kaum Ád, namun adalah mungkin untuk menemukan informasi penting tentang ‘’ anak cucu’’ mereka dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kaum Ád.


Orang Hadramaut ( Hadramites) Anak cucu ‘Ad

Tempat yang pertamakali dicari untuk meneliti kemungkinan jejak-jejak peradaban yang didirikan oleh kaum ‘Ad atau anak cucu mereka adalah di Yaman Selatan dimana “Ubar, Atlantis di padang pasir” ditemukan dan yang ditengarai sebagai “ Fortunate Arab/Arab yang Beruntung”. Di Yaman selatan, empat kaum telah hidup sebelum zaman kita yang dsebut oleh orang Yunani sebagai “ Arab yang beruntung”. Mereka adalah hadhramaut, Sabaean (saba), Minaean dan Qatabaean. Keempat kaum ini dalam waktu yang singkat berada dalam satu pemerintahan dalam suatu daerah yang saling berdekatan.
Share this article :

No comments:

Post a Comment

 
Support : Chandra Optiandi || STMIK Amikom Yogyakarta
Copyright © 2014. Welcome,Reader! - All Rights Reserved
Template Modify By : Chandra Optiandi
Proudly Powered By : Blogger